Rabu, 18 Juli 2012


KATA-KATA MOTIVASI
JALANMU JALAN TUHAN

Di saat keraguan menghitamkan mata hati, menumpulkan nurani, menumbuhkan fikiranyang mati suri, aku masih tetap berdiri di bawah tahta kuasa-Mu. Menunggu-Mu memapahku menuju hamparan solusi permasalahan yang Kau titipkan pada waktu. Aku biarkan fajar mengutip setapak demi setapak perjalanan hidup yang ku tempuh. Sampai suatu saat nanti, butiran-butiran debu pun memancarkan sinar untuk menyinari jalanku

Tasikmalaya, 26 April 2012
Yth. Pak Dahlan Iskan
Di tempat
Assalamualaikum Wr. Wb.
            Fajar merekah memutihkan awan hitam. Pagi yang indah menurut hati yang senantiasa meyakini waktu adalah nikmat yang tak ternilai harganya dan orang yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang merugi. Semoga saja pagi indah ini memberi inspirasi untuk merangkai kata yang indah pula untuk Anda.
            Bagaimana kabar anda? semoga Allah senantiasa melindungi anda dan hati anda untuk senantiasa sehat walafiat dan tetap ada di antara barisan rakyat yang menjerit meminta keadilan. Semoga saja kebijakan yang mencekik bathin rakyat dapat tetap membuat anda menggeliat berontak membela rakyat yang tertekan.
Saya harap anda tidak hanya turun ke jalanan dan berteriak lantang membangunkan orang-orang yang tertidur lelap dalam kemegahan. Tapi anda bisa memberi solusi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi rakyat. Meskipun anda harus melawan benteng megah yang di dalamnya terdapat orang-orang berjas rapi dan berdasi. Jangan sampai itu membuat ciut nyali anda untuk membela kaum miskin yang kadang makan satu kali sehari bahkan tidak sama sekali.
Tuhan maha kuasa atas hati manusia dan Tuhan lah yang bisa membolak-balikan hati manusia. Saya dan sekumpulan rakyat yang terpatri dalam dekapan Illahi berharap semoga hati Anda tetap membela kami dan Tuhan tidak membolak- balikan hati anda untuk menjadi lawan kami.
Tolong sampaikan pada pria-pria berdasi yang telah membuat kebijakan ini dan menyetujuinya untuk segera datang ke tempat kami dan merekam kehidupan kami dalam ingatannya. Ketahuilah bahwa kebijakan yang mungkin menurut orang berduit itu tidak seberapa sesungguhnya itu membuat rakyat jelata tersiksa.
            Selain itu juga, sampaikan pada orang-orang yang berbaris menghalau massa, jangan sakiti mereka yang meminta keadilan untuk rakyat dan coba tenangkan massa untuk tidak merusakn fasilitas umum. Jujur saya ngeri melihatnya. Apalagi ketika Mahasiswa bentrok dengan warga, saya miris melihat kericuhan itu. Seperti menelan ludah sendiri di saat tenggorokan terasa sakit.
Pak Dahlan, jika suatu saat engkau menjadi presiden, tolong ajari rakyat kecil untuk tetap bersyukur ketika engkau tidak memberi kebijakan yang menekan bathin kami. Kami tidak ingin mengeluh karena kebijakan yang anda buat karena kami percaya anda bisa menjaga hati anda untuk kami.
Mungkin keadilan sulit untuk di genggam oleh rakyat kecil yang hidup serba pas-pasan. Pas ada uang kami makan dan pas tidak ada uang kami kelaparan. Meskipun begitu kami sadar bahwa hanya Tuhan hakim yang paling adil (Q.S. At-Tin ayat 6).
Kami rakyat kecil yang ingin merdeka dari kemiskinan, meminta anda untuk tetap setia membela kami dipersimpangan jalan yang semakin memburuk. Tataplah wajah kami satu persatu sehingga hati anda tetap utuh dan teduh untuk kami.

            Ketika anda turun ke jalanan membela kami maka anda sudah memenangkan hati kami meski kami meminta solusi untuk kehidupan kami yang lebih baik lagi. Akan tetapi jika anda menjadi bagian dari mereka dan menentang kami maka anda telah memilih jalan yang tak searah dengan kami. Anda telah menjauh dari kami dan kami pun menjauh dari anda. Meskipun kami tidak ingin itu sampai terjadi.

            Saya harap anda tidak jenuh membela kami yang bersimpati pada keberanian anda. Saya harap anda tidak bosan mendengar keluh kesah kami. Saya harap hati anda tetap terpanggil ketika ketidakadilan menyeruak memerangi kami.

            Kami hanya sebagian orang yang menuntut hak untuk hidup sejahtera. Tak perlu di bayar atau diberi uang untuk menutup mulut kami. Tapi cukup dengan tidak memberi kebijakan yang tidak menyusahkan rakyat. Kesannya orang susah disusahkan dengan kebijakan yang menyusahkan.

            Terkadang apa yang ingin di utarakan sulit untuk di realisasikan. Segalanya menjadi serba sulit ketika harus di hadapi dengan tangan terbuka. Akan tetapi keyakinan akan Tuhan lah yang tetap menguatkan hati kami. Karena Tuhan takkan tinggal diam melihat rakyat terlunta-lunta oleh kesulitan hidup. Bukankah setelah kesulitan akan ada kemudahan? Semoga saja kehadiran anda adalah perantara dari pertolongan Tuhan untuk membantu kami. Dalam kemahaannya, Tuhan akan selalu menyertakan kebaikan pada setiap langkah anda dan kami menunggu kebaikan langkah anda menuju kami.

            Tuhan ada bersama kita, Pak Dahlan. Kita tidak perlu gentar melawan orang berduit yang menyulitkan kehidupan rakyat. Akan tetapi sejujurnya, kami heran dengan mereka. Bukankah bumi dan kekayaan alam semata-mata untuk kesejahteraan rakyat, tapi kenapa kesejahteraan dari bumi dan kekayaan alam sulit untuk kami dapatkan. Memang terlalu egois juga jika kami terus-terusan menyalahkan mereka yang menyepakati setiap kebijakan dengan alibi mereka masing-masing. Akan tetapi Pak, kami bingung harus berbuat apa menghadapinya. Ketika kami berontak mereka selalu beralibi tuk berusaha meyakini kami tapi kenyataannya tak ada solusi yang tepat bagi kami. Apakah kami terlalu bodoh sehingga tidak bisa membaca kebaikan mereka atau solusi yang mereka tawarkan malah menjadi permasalahan hidup saja?

            Pak Dahlan yang senantiasa ada dalam lindungan-Nya, kami berharap simpati anda terhadap kami tidak pudar. Kami sangat membutuhkan orang-orang pemberani seperti anda. Akan tetapi jangan pernah sekali-kali anda menghilangkan simpati kami dengan ketidakpedulian anda terhadap kami.

            Semoga Tuhan tetap menyatukan hati anda dengan kami. Semoga tidak ada keegoisan yang menghancurkan simpati anda terhadap kami dan simpati kami terhadap anda. Mungkin saja selembar jubah hitam mampu menghitamkan malam. Tapi sehitam apa pun jubah hitam takkan mampu menghitamkan hati kita selama kita yakin Tuhan bersama kita.

            Tuhan takkan tinggal diam dan kita pun tidak cukup diam berpangku tangan melawan ketidakadilan. Kita bergerak dan Tuhan menggerakkan hati mereka untuk luluh terhadap kita. Kita adalah milik-Nya dan yakini hati kita bahwa seberapa besar kekuatan lawan takkan mampu melawan kekuasaan Tuhan.

            Pak Dahlan, rangkaian kata ini adalah lembaran hati kecil kami yang senantiasa merindukan sosok seperti anda. Kami rakyat kecil yang senantiasa bersimpati terhadap aksi anda. Kami mengucapkan terima kasih atas kepedulian anda turun ke jalanan demi membela kami. Semoga kebaikan anda mewangi di sepanjang jalan yang penuh dengan cucuran keringat Mahasiswa dan rakyat yang turun ke jalanan.

            Hanya ini yang bisa kami sampaikan. Rangkaian kata yang merupakan ekspresi dari hati yang merindukan sosok pemberani yang peduli terhadap kesulitan rakyat. Mungkin rasa terimakasih tidak cukup untuk membayar cucuran keringat anda yang menetes di jalanan, tapi tak ada hadiah yang paling indah melebihi hadiah dari Tuhan. Tuhan akan membayar anda dengan pahala yang dua kali lipat dari pengorbanan anda.

Di pagi yang indah ini, kami berharap keutuhan hati anda tetap terjaga untuk kami. Dalam dekapan illahi, kami mengabdi pada pagi tuk berjanji melaksanakan titah Sang khalik, dalam pengabdian kami ada serangkaian doa untuk anda yang sekarang tak mampu kami tatap wajahnya dan kami jabat tangannya. Semoga anda berkenan membaca coretan hati kami dan harapan kami terhadap anda. Mudah-mudahan tidak ada kata-kata yang menyinggung perasaan anda. Pesan saya, jaga hati anda untuk kami dan kami jaga hati kami untuk anda.


Dari hati yang rindu kemenangan

Karya   : Zahratushita

Ketika Fajar Meraih Mimpi

            Keelokan fajar di waktu subuh, seolah-olah memamerkan langit yang perlahan menyingkapkan selembar jubah hitam. Nampak keindahan alam yang rupawan di sertai daun-daun yang lincah bergoyang di mainkan seikat angin. Barisan orang-orang pun bermunculan dari balik masjid yang terang. Bahkan orang-orang yang lari pagi pun sudah mulai tampak di jalanan. Akan tetapi tidak dengan Fajar yang sudah siap-siap pergi dengan tas ranselnya. Dengan serangkaian doa dari orang tua, Fajar berangkat ke Bandung dengan harapan semoga apa yang dia inginkan bisa menjadi kenyataan.

            Fajar adalah seorang santri dari sebuah pesantren di daerah Tasikmalaya. Setelah lulus SMA dia memutuskan untuk masuk pesantren meskipun dia mempunyai impian untuk bisa kuliah. Akan tetapi, selama di pesantren dia tak pernah berhenti untuk belajar dengan harapan tahun depan dia bisa mengikuti tes Perguruan tinggi dan diterima di Universitas Negeri yang dia inginkan.
Semangat belajarnya begitu tinggi dan dia tidak pernah mengeluh meski terkadang kesulitan hidup terasa mencekik bhatinnya. Ayahnya seorang tukang cukur keliling. Semua kakak kandungnya lulusan SD dan hanya Fajar yang bisa sekolah sampai lulus SMA.

            Satu tahun sudah berlalu. Dengan tekad dan keyakinannya, Fajar mengikuti tes SNMPTN di Unpad. Selama tes dia tinggal di kost-an temannya yang secara tidak sengaja bertemu dengannya ketika dia hendak melihat jadwal tes. Senadainya saja dia tidak bertemu dengan temannya, mungkin dia akan tidur di jalanan dengan uang 50rbu di tangannya.

            Sekarang dia berangkat ke Bandung untuk menemui Rektor Unpad. Setibanya di Unpad, Fajar langsung saja memasuki ruang rektor. Setelah berhadapan dengan Rektor, Fajar langsung mengeluarkan uang dari sakunya.
            " Saya hanya mendapatkan uang sebesar Rp. 400.000,-" Ucap Fajar sembari menyodorkan uang di atas meja.

            Sejenak suasana menjadi hening. Fajar memang sudah lulus SNMPTN dan di terima kuliah di Unpad. Hanya saja dia tidak mempunyai banyak uang untuk melakukan registrasi biaya kuliah. Fajar harus membayar registrasi sebesar Rp. 900.000,-. Sedangkan uang yang dia miliki hanya 50rbu dan itu pun sisa dari biaya pendaftaran dan ongkos pulang pergi Tasik-Bandung. Ketika Fajar mengetahui bahwa dia di terima di Unpad, dia langsung menemui rektor Unpad dan meminta toleransi untuknya. Tapi Rektor hanya memberi surat untuk mengajukan beasiswa ke Walikota tasikmalaya. Dengan susah payah Fajar mengajukan beasiswa kepada walikota. 3 hari menunggu, beasiswa itu tidak turun juga. Padahal dari awal dia sudah di persulit oleh pihak yang mengurusi masalah beasiswanya. Hingga akhirnya, tepat di hari terakhir penutupan registrasi, Fajar menemui walikota sebelum berangkat ke Bandung menemui Rektor Unpad. Ketika menerima beasiswa, Fajar merasa kecewa karena uang yang dia dapatkan tidak seperti yang diharapkan.

            "Jadi kamu hanya mendapatkan uang Rp. 400.000,- saja?" Tanya Rektor memecah keheningan setelah terdiam sejenak dengan kerutan di keningnya.
"Iya, ini juga sudah saya dapatkan dengan susah payah karena awalnya pihak yang memberi beasiswa itu kurang peduli dengan kesulitan yang saya hadapi." Tungkas Fajar.

            Melihat kesungguhan Fajar, rektor pun tidak tega jika harus membuat Fajar kecewa setelah dia bersusah payah memperjuangkan uang untuk biaya kuliahnya.
            " Sekarang kamu ikut dengan saya." Ujar Rektor sembari beranjak dari tempat duduknya. Fajar pun mengikutinya dari belakang. Kemudian rektor membawa Fajar untuk memasuki ruang Dosen.           
" Minta perhatiannya sebentar. Perkenalkan ini Fajar. Dia di terima di Universitas kita dengan nilai yang baik. Akan tetapi dia belum bisa membayar registrasi biaya perkuliahan. Saya sudah memberikan surat ajuan beasiswa, tapi uang yang dia peroleh hanya Rp.400.000,-. Sedangkan uang yang harus di bayar sebesar Rp.900.000,-. Sekarang adalah batas akhir pembayaran registrasi. Jika anda smua berkenan, anda bisa menyisihkan uang anda untuk membantu Fajar."

            Setelah mendengar penuturan dari Rektor, para Dosen pun mengeluarkan uang mereka untuk memberi sumbangan pada Fajar. Bahkan ketika itu, orang tua yang sedang membayar registrasi untuk anaknya ikut menyumbangkan uangnya juga untuk Fajar. Sehingga Fajar pun bisa mengumpulkan uang sebesar Rp.1400.000,-. Kemudian uangnya di pakai untuk membayar registrasi dan sisanya di pakai untuk biaya hidup dia selama di Bandung.

            Fajar pun akhirnya bisa meraih impian untuk bisa kuliah di Universitas Negeri hingga lulus S2. Kemudian Fajar di angkat menjadi Dosen di Perguruan Tinggi ITB. Kesuksesan telah dia raih lewat doa orang tuanya dan kesungguhannya dalam meraih impian.

Tasikmalaya, 1999
 Karya : Zahratushita

Jumat, 13 Juli 2012

PUISI - PUISI SAPARDI DJOKO DARMONO

aku ingin
aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.


Rabu, 04 April 2012

Tema esai ;Menjinakan Komersialisasi dan Komoditasi Pendidikan
Judul :Pendidikan VS Kemiskinan
 
            Susahnya menjadi orang susah,segala sesuatu serba susah.Bahkan pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa malah jadi menyusahkan rakyat jelata.Mungkin keuangan yang maha kuasa kini telah menjadi slogan Bangsa kita.Kemiskinan membudaya, dan generasi penerus bangsa makin punah dengan kemiskinannya.
            Pendidikan sekarang ini nyaris tidak bisa di sentuh tangan orang tak punya. Komersialisasi pendidikan kini telah menjamur di lembaga pendidikan di Indonesia.Orang miskin semakin dicekik oleh kemiskinannya dan kesenjangan sosial semakin nampak di permukaan. Orang yang berpenghasilan besar semakin nyaman dengan penghasilannya dan orang yang berpenghasilan kecil semakin sulit memenuhi kebutuhannya.
            Sekarang kita Tanya pada diri kita sendiri,apakah pendidikan mempunyai misi untuk meningkatkan intelektualitas aset penerus bangsa atau meningkatkan keuangan suatu lembaga Pendidikan?.Mungkin kita bisa mendapatkan jawabannya dari tarif biaya sekolah yang semakin melambung tinggi, atau persaingan ketat antar lembaga pendidikan dengan memasang tarif biaya masuk besar-besaran.semakin besar biaya pendidikan, semakin menciut saja nyali orang berduit pas-pasan. Dengan begitu pendidikan yang harusnya dimulyakan sebagai wadah ilmu dunia dan akhirat, kini mulai terabaikan. Karena pendidikan  mahal tak seimbang bagi rakyat kecil yang tak mampu menyetarakan dirinya dengan orang berduit di dunia pendidikan. Meskipun terkadang uang tidak menjadi sebuah masalah bagi orang yang berkemaua dan memahami pentingnya pendidikan bagi dirinya dan kehidupannya.Mereka akan senantiasa melawan Komersialisasi pendidikan dengan tekad kuat untuk bisa menggenggam pendidikan dengan tangannya sendiri.
            Semakin mahal pendidikan, semakin banyak kaum muda yang kebingungan. Kesulitan menjadikan orang-orang yang lemah ekonomi berusaha mencukupi kebutuhan mereka dengan cara apapun yang bisa mereka lakukan meskipun harus menapaki jalan yang tidak dibenarkan. Mereka harus bersusah payah memikirkan bagaimana caranya menghasilkan uang tanpa harus membebani orang tua. Meskipun lembaga pendidikan berusaha mengatasinya dengan beasiswa, tetap saja tidak merata. Masih saja ada beasiswa yang dinikmati oleh orang-orang yang terbilang mampu. Sedangkan mereka yang terisolasi dan tidak mendapatkan kontribusi dari lembaga pendidikan harus pasrah menerima keadaan dan berusaha semampunya untuk tetap bertahan. Sungguh sebuah potret ironi kehidupan.
            Seandainya kemiskinan teratasi, mungkin tidak akan ada anak yang tercerabut haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seandainya pendidikan tidak mahal, aset penerus bangsa tidak hanya berkualitas dari segi materi tapi berkualitas dari kemampuan dan kecerdasannya dalam membongkar pasang bangsa dari kebobrokan dan keruntuhan moral. Akan tetapi kenyataannya, kita hanya bisa berandai-andai di atas realita yang berbanding terbalik dengan harapan. Orang kaya semakin makmur dengan hartanya, orang miskin semakin hancur dengan kesulitannya. Meskipun tak jarang orang kaya yang hancur dengan hutangnya. Sedangkan pendidikan menjadi korban kesenjangan sosial bangsa Indonesia.
            Pendidikan adalah identitas bangsa. Tanpa pendidikan, Bangsa tidak akan jadi apa- apa. Akan tetapi pendidikan sekarang seolah-olah seperti barang antik yang tidak sembarang orang bisa menyentuhnya. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat dan merasakan pendidikan itu seperti apa. Orang tak punya hamya bisa gigit jari dan bertanya-tanya dalam hatinya, apa sih pendidikan? Seberapa pentingkah pendidikan? Kalau begitu sebenarnya, apa yang menjadi landasan hukum bangsa kita, hukum untuk kesejahteraan rakyat atau hukum untuk  kesejahteraan  “sebagian” rakyat Indonesia?
            Selain itu juga,akhir-akhir ini di lembaga pendidikan sudah mulai menjamur suap-menyuap dan transaksi jual beli nilai. Dari kasus ini, apa kita patut bangga dengan generasi penerus bangsa yang nilainya maksimal tapi otaknya bebal. Kenapa materi harus jadi tokoh utama dalam dunia pendidikan, bagaimana nasib orang-orang yang cerdas namun orang tak punya. Apakah mereka harus menjual beras untuk ditukar dengan jaminan pendidikan? Sayangnya mereka tidak mau disibukan untuk memikirkan pendidikan karena mereka harus memutar balikan otak untuk mencari uang sebagai pemenuh kebutuhan mereka sehari-hari.
            Kita juga tidak bisa mengingkari kepedulian pemerintah terhadap pendidikan dengan adanya beasiswa untuk anak berprestasi dan tergolong tidak mampu.Akan tetapi, tanpa dipungkiri masih banyak orang yang tergolong orang mampu menikmati beasiswa hak orang lain. Bahkan tidak ada pemerataan dalam pembagiannya. Selain itu juga, semakin besar jumlah beasiswa yang dikeluarkan, maka semakin besar tarif biaya masuk yang diajukan. Itu sama saja menginvestasikan uang kita sendiri dalam jumlah besar untuk jaminan beasiswa yang kita sendiri juga tidak tau apakah akan kembali kepada kita lagi atau tidak. Mungkin untuk orang berduit itu tidak jadi masalah, tapi untuk mereka yang serba pas-pasan?
            Percaya atau tidak, komersialisasi pendidikan mengurangi generasi penerus bangsa yang peduli terhadap pendidikan. Banyak yang memilih untuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka yang hidup pas-pasan dengan penghasilan yang pas-pasan juga. Mereka lebih memilih memberi makan perut daripada memberi makan otak dan rohani mereka dengan ilmu pendidikan. Bagaimana bisa mencerdaskan kehidupan bangsa jika semuanya harus di bayar dengan mahal. Meskipun begitu, tidak semua orang pas-pasan berfikir pas-pasan juga. Banyak kaum muda yang membanting tulang demi kesetaraan pendidikan. Bahkan ada yang rela menjadi kuli untuk menebus biaya pendidikan yang mencengangkan. Mereka yang punya tujuan, mereka yang punya impian, mereka yang tak lelah berusaha demi pendidikan, adalah pemenang yang tidak diam berpangku tangan menunggu malaikat baik hati menolongnya. Karena bagi mereka tidak ada sesuatu yang mustahil jika kita yakin bahwa kita bisa menciptakan keadilan dengan keyakinan akan Tuhan yang telah memeluk impian kita.
            Lembaga pendidikan seharusnya bisa lebih terbuka dalam berbagai aspek. Jangan terlalu memaksakan kehendak demi kepentingan pribadi. Lembaga pendidikan harus lebih peduli terhadap orang-orang pinggiran yang selain membutuhkan makanan juga membutuhkan pendidikan juga. Supaya mereka bisa memperjuangkan hidupnya untuk bisa lebih baik lagi. Jika orang tak punya masih tetap terabaikan, bagaimana nasib Bangsa yang sangat membutuhkan banyak generasi penerus untuk kemajuan bangsa. Apa kita tega menjadikan generasi penerus bangsa sebagai sampah masyarakat yang tidak berguna.
Masyarakat Indonesia juga dituntut untuk bisa memerangi Komersialisasi pendidikan. Tidak pasrah dengan keadaan, tapi ada kemauan untuk mengenyam pendidikan. Tidak hanya menuntut keadilan sambil berdiam diri menunggu keajaiban. Karena jika kita menginginkan sesuatu, kita harus bergerak dan tidak berorasi sambil diam di tempat. Karena kita tidak akan mencapai finish jika kita tidak berlari menujunya.Berusaha dan berdoa supaya kita bisa kuat menjinakan komersialisasi pendidikan yang telah mencapai puncak klimak. Kita harus menumbuhkan keyakinan bahwa pendidikan sangat diperlukan untuk kehidupan kita, bukan dilihat dari segi materinya saja.
Pemerintah seharusnya lebih bijak dalam meyelesaikan komersialisasi pendidikan. Jika fasilitas mewah bisa di adakan, kenapa untuk pendidikan tidak bisa? Padahal majunya suatu bangsa itu dikarenakan semakin berkualitasnya tonggak penerus bangsa. Untuk itu, kenapa dipersulit jika pada akhirnya Negara sendiri yang membutuhkannya. Dengan materi saja tidak akan cukup untuk membentuk karakter bangsa yang ideal. Karena bertahan atau tidaknya suatu bangsa itu terletak pada bahu kaum muda yang berkualitas.
 
Zahratushita
 

Sabtu, 31 Desember 2011

Kumpulan Puisi Chairil Anwar


  PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

(194
Siasat,
Th III, No. 96
1949)


MALAM

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
–Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957



SENJA DI PELABUHAN KECIL


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946



CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946
DOA

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943



SAJAK PUTIH


Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…




PENERIMAAN


Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943




HAMPA


kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.



PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(194
Liberty,
Jilid 7, No 297,
1954)



DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954



KRAWANG-BEKASI


Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi


(194
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957)



AKU (SEMANGAT)


Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lag