Sabtu, 31 Desember 2011

No Woman No Cry

 Pagi itu jalanan tak seramai biasanya.Lalu lintas aman terkendali.Hanya saja asap rokok yang sejak tadi menusuk-nusuk hidung Alfin tak kunjung menghhilang dari pandangan.Alfin merasa tidak nyaman duduk bersebelahan dengan orang yang hampir membuat dia sesak nafas.Alfin segera mengambil masker dari tasnya dan secepat kilat dia memakainya.
Beginilah resiko naik bus kota.duduk bersebelahan dengan orang yang tak dikenal dan menyebalkan.Padahal niat dari rumah pengen bisa duduk bersebelahan dengan wanita cantik.
“Tukeran posisi,wan.Gue alergi asap rokok.”Alfin memelas dengan penuh duka cita.
“Kagak mau,gue lebih nyaman dekat jendela,bisa liat pemandangan’Jawab Irwan sambil memamerkan giginya yang sudah mulai berkarat.
“Kayak anak TK aja lu liat pemandangan segala”Gerutu Alfin.
“Sabar,beginilah hidup,deritanya tiada akhir,haha”
“Sial,bisa-bisa mati konyol gue  terus-terusan disini”
“Justru orang kayak gini yang berperan penting dalam upaya pembasmian rokok sampai ke akar-akarnya.”
“maksud lo,Wan?
Dia berusaha membangkrutkan pabrik rokok dengan cara membeli dan membakar rokok sampai habis tak bersisa”
“Asem,kalo gitu gue juga tau”
“Peace,bro.hehe.Anggap aja ini adalah pengorbanan lu untuk Siska,mudah-mudahan jadi doa,trud lu diterima dah sama si siska .”
* * *
Jalanan mulai sepi.Saatnya kedua pemuda itu menjalankan aksinya.Tampak dari kejauhan,seorang gadis berseragam SMA berjalan ke arah mereka.Mereka menunggu dengan harap-harap cemas,mirip anak umur 3 tahun yang kehilangan ibunya di pasar dan gak tau mesti berbuat apa.Alfin nampak pucat lebay dan Irwan mencoba menenangkan Alfin dengan senyuman alakadarnya.
“Gue nervous,Wan.”
“Halah,sama cewek kayak Siska aja KO,sama emak gue yang terkenal cerewet se_RT aja gue kagak takut.”
“Deg-degan, wan.Badan gue rasanya panas dingin nih.”
“Gue kagak bawa kompresan,sorry bro”
“Asem,seriusan nih.”
“Yang gentle dong, Fin.Gimana sih lo.”
        Siska semakin mendekat ke arah mereka dan sudah menyadari bahwa ada dua penampakan di hadapannya.Dia berusaha untuk tidak mengabaikannya.Sampai akhirnya,
“Sis,tunggu sebentar.Ada yang mau gue omongin.Penting.”Alfin mencoba untuk memberanikan diri dengan kalimat yang sudah dia hafalkan selama satu bulan.Maklum,perlu kerja keras untuk bisa menggaet cewek kembang sekolahan yang  terkenal super jutek ini.
“Mau ngomong apa.”Jawab Siska dengan ketus.
Alfin pun terdiam.Suasana semakin hening.Meskipun hati Alfin mulai gaduh.Pertahanan Alfin mulai goyah.Dan di saat keadaan mulai tak terkendali,tiba-tiba suara sumbang Irwan mengudara.Dengan gerakan ala cheerleaders,Irwan mulai beraksi.
“Alfin,Alfin,yeyeye.Alfin,Alfin,tralala.Katakan,katakana,ayolah.”
“Diam.’Teriak Alfin dan Ssika serempak.
Irwan pun terdiam.Tanpa sepatah kata pun yang terucap dari bibir tebalnya.Hanya nyengir seadanya sekedar menetralkan suasana.
“Sebenernya gue,mmm,gue,mmm….”
“Cepetan dong ngomong,gue gak ada waktu buat ngomongin hal yang sekiranya gak penting-penting amat.”
Siska hendak pergi dan Alfin segera menahannya dengan secepatnya menarik tangan Siska.
“Sebentar, Sis.Ini penting,penting banget buat gue.”Alfin memasang wajah tak berdosa untuk menarik simpati Siska.
“ya udah,katakan sekarang,gak usah bertele-tele.”
“Sebelumnya aku mau bacain puisi dulu buat kamu.Dengerin baik-baik ya.”
“Berapa bait?”Tanya Siska.
“10 bait buat kamu seorang.”Alfin tersenyum malu-malu.
“Apa?”
“Kenapa,Sis?terlalu sedikit ya?”
“Gila! 10 bait kebanyakanlah.1 bait aja cukup.Lagi pula gak penting-penting amat baca puisi segala.”
“jangan segitu dong,Sis.9 bait aja deh,gimana?”
“1 bait !”
“kalo 5 bait gimana?”
“1 bait ! “
“ya udah deh,1 bait aja.”jawab Alfin lemas.
Alfin segera mengambil ancang-ancang dan mulai beraksi dengan gaya noraknya.
Sepasang bola matamu,seperti purnama yang merindukan kehadiran malam
Memandangmu menggelitik naluriku,seperti ada kilat menyambar dalam setiap urat saraf ku,
Ku rasa,cinta mengusikku sejak tadi,sejak sepasang bola matamu menyentuh kedalaman hatiku
Sekian dan terima kasih.Puisi ini aku persembahkan khusus untukmu seorang.’
“Ih so sweet.”sela Irwan sambil menyatukan kedua tangannya di dada,mirip ekspresi norak orang kampung  yang baru pertama kali lihat monas.
“Trus.”Tungkas Siska tanpa menghiraukan tingkah konyol Irwan yang semakin menjadi.
“Aku sudah lama memendam perasaan ini.Ini saatnya aku katakan bahwa aku suka sama kamu,Sis.Kamu mau gak jadi pacarku?”
Sejenak Siska terdiam.Membuat kegaduhan hati alfin semakin parah.
“Sorry ,gue gak bisa nerima lo!”
“Kenapa ?apa aku kurang ganteng?”
“lo kurang kaya!”Jawab Siska sambil berlalu meninggalkan Alfin yang terdiam membisu tanpa bisa berkata sepatah kata pun.Sedangkan Irwan,hanya bisa menganga lebar melihat peristiwa tragis di depan matanya.
* * *
“Gue kesel banget sama dia,Wan.Hancur hati gue.”
“Yaelah,masih aja ntu dendam di piara.nyantai aja lah,gitu aja lu permasalahin.Masih banyak wanita yang tersebar di berbagai pelosok dan sekitarnya.Nah lu tinggal milih dah tuh.”Irwan mencoba menghibur Alfin.
“Halah,gaya lu selangit.Ya udahlah ngapain ngomongin dia,terlalu naïf buat cowok seganteng gue ngomongin cewek yang gak penting kayak dia.”
“Nah lho,tu lu ngomongin dia.”
“Itu Cuma contoh aja.”Jawab Alfin kalem.
Kejadian kemarin membuat Alfin gak bisa tidur tenang.Bagaimana tidak,seorang Alfin yang terkenal paling cakep tingkat kabupaten dan ternorak sejagad raya,di tolak mentah-mentah sama cewek kayak Siska secara tidak berprikemanusiaan.Padahal besar harapan dia untuk bisa bersanding dengannya(halah lebay).
“Masalahnya gue gak mau jomblo trus.Takut di bilang gak laku kayak lu”
“Sial,gue bukannya gak laku tapi pemilih.Buat gue sendiri itu indah dan aman terkendali.”
“Aman terkendali apa maksud lo?”Tanya Alfin penasaran.
“Aman dari waktu yang terbuang percuma,aman dari cinta yang bisa menjadi virus mematikan buat dompet gue.Apalagi cewek matre kayak Siska,ke laut aja deh.”
“Iya juga sih.”
“Manfaatin waktu muda lo buat meraih cita-cita bukan cinta-cintaan.Buat gue,no woman no cry.”
“Iya juga sih.”
“hellow,ada gak sih kata-kata selain kata “iya juga sih”.Ya sudahlah,yang penting lu masih punya gue,hahay.”
Alfin hanya bisa tersenyum kecut tanpa bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap cewek pujaannya selama ini.
“Ayolah,fin.Semangat,jangan sedih gitu.Cetek banget sih jadi cowok.”
Alfin menghela nafas panjang,”Ok, no woman no cry.”jawab Alfin mantap.  
* * *
Karya :Zahratushita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar